Pendahuluan
Dengan ditemukannya Homo floresiensis di Pulau Flores pada 2003 menandakan bahwa daerah kepulauan Asia Tenggara ini paling tidak telah ditinggali oleh manusia sejak 18.000 tahun lalu, dengan perkiraan terjauh sampai 94.000 tahun yang lalu. Sejarah Asia Tenggara sebelum zaman kerajaan tidak diketahui banyak. Beberapa kerajaan berawal di daratannya, yang sekarang Burma, Kamboja, dan Vietnam.
Dalam buku-buku sejarah ataupun buku-buku pintar yang banyak beredar di pasaran, Kutai telah dianggap sebagai Kerajaan tertua di Indonesia. Kerajaan yang bisa disebut Kerajaan Kutai sebenarnya ada dua, Kutai Martadipura dan Kutai Kertanegara. Kutai Martadipura adalah kerajaan hindu yang diperkirakan berdiri sekitar abad ke 4 dan 5. Raja pertamanya adalah maharaja Kudungga. Kerajaan Kutai Kertanegara sendiri baru berdiri pada awal abad ke-13. Kerajaan baru di Tepian Batu atau Kutai Lama ini raja pertamanya, Aji Batara Agung Dewa Sakti (1300-1325). Dengan adanya dua kerajaan di kawasan Sungai Mahakam ini tentunya menimbulkan friksi diantara keduanya. Pada awal abad ke-16 terjadilah peperangan besar diantara kedua kerajaan Kutai ini. Kerajaan Kutai Martadipura berakhir saat raja terakhirnya yang bernama Maharaja Dharma Setia tewas dalam peperangan di tangan Raja Kutai Kartanegara ke-13, Aji Pangeran Anum Panji Mendapa.
Sebenarnya kerajaan apa yang layak disebut kerajaan tertua di Indonesia atau Nusantara. Tercatat ada sebuah kerajaan yang memiliki peninggalan tertulis cukup tua, yaitu kerajaan Tarumanegara.
Tarumanagara atau Taruma adalah sebuah kerajaan yang pernah berkuasa di wilayah yang sekarang menjadi provinsi Banten, Jawa Barat dan Jakarta pada abad ke-4 hingga abad ke-7 M. Bukti-bukti tentang kerajaan ini tersebar luas di daerah Banten, tapi sumber utama bukti keberadaan Taruma adalah 7 prasasti yang ditemukan di Jawa Barat. Dari prasasti-prasasti ini diketahui bahwa Kerajaan Tarumanegara dibangun oleh Rajadirajaguru Jayasingawarman tahun 358 M. Kebudayaan Tarumanegara sudah tinggi, seperti tercantum dalam prasasti Tugu, yang menjelaskan tentang penggalian Sungai Candrabaga oleh Rajadirajaguru dan penggalian Sungai Gomati oleh Purnawarman pada tahun ke-22 masa pemerintahannya (tahun 417). Penggalian sungai tersebut merupakan gagasan raja-raja tarumanegara untuk menghindari bencana alam berupa banjir yang sering terjadi pada masa pemerintahan Purnawarman, dan kekeringan yang terjadi pada musim kemarau. Konsep ‘banjir kanal’ yang dianggap pemecahan masalah banjir di Jakarta saat ini, ternyata sudah dipikirkan oleh raja-raja Tarumanegara.
Tapi apakah kerajaan Tarumanegara adalah kerajaan tertua di Indonesia?
Pernahkah dengar Salakanagara?
Dalam naskah Pustaka Rajyarajya i Bhumi Nusantara (yang disusun sebuah panitia dengan ketuanya Pangeran Wangsakerta) dikisahkan bahwa Jayasinghawarman pendiri Tarumanagara adalah menantu Raja Dewawarman VIII, penguasa Salakanagara. Karena itu dianggap Salakanagara sudah ada sebelum Tarumanagara.
Kerajaan Salakanagara
Kerajaan Salakanegara, berdasarkan Naskah Pustaka Rajyarajya i Bhumi Nusantara diperkirakan merupakan kerajaan paling awal yang ada di Nusantara. Konon, kota ini disebut Argyre oleh Ptolemeus dalam tahun 150, terletak di daerah Teluk Lada Pandeglang. Argyre digambarkan sebagai sebuah kerajaan kota (polis) yang merupakan tempat perdagangan dan pertanian yang makmur. Tokoh awal yang berkuasa di sini adalah Aki Tirem. Raja pertama Salakanagara bernama Dewawarman yang berasal dari India. Ia mula-mula menjadi duta negaranya (India) di Pulau Jawa, kemudian menjadi menantu Aki Tirem atau Sang Aki Luhurmulya atau Angling dharma. Istrinya atau anak Aki Tirem bernama Pwahaci Larasati. Saat menjadi raja Salakanagara, Dewawarman I ini dinobatkan dengan nama Prabhu Dharmalokapala Dewawarman Haji Raksagapurasagara. Rajatapura adalah ibukota Salakanagara yang hingga tahun 362 menjadi pusat pemerintahan Raja-Raja Dewawarman (dari Dewawarman I - VIII).
Kalau Salakanagara telah tercatat dalam catatan Ptolomeus tahun 150, bisa diartikan bahwa Salakanagara adalah kerajaan pertama di Nusantara yang bisa dibuktikan melalui peninggalannya. Sayang keberadaannya memang masih diperdebatkan, karena peninggalannya tak ada yang dalam bentuk prasasti. Kebanyakan peninggalannya berupa situs pertanian atau religius.
Bagaimanapun, keberadaan kerajaan ini patut dijadikan catatan dalam perjalanan sejarah Indonesia, apalagi jika kita ingin menjawab pertanyaan mengenai kerajaan tertua di Indonesia.
Urutan Raja-Raja Salakanagara
2. 168-195 M, DEWAWARMAN II (PRABU DIGWIJAYAKASA DEWAWARMANPUTRA), Putera tertua Dewawarman I,
3. 195-238 M, DEWAWARMAN III (PRABU SINGASAGARA BIMAYASAWIRYA), Putera Dewawarman II,
4. 238-252 M, DEWAWARMAN IV (Menantu Dewawarman II, Raja Ujung Kulon),
5. 252-276 M, DEWAWARMAN V (MENANTU Dewawarman IV),
6. 276-289 M, MAHISASURAMARDINI WARMANDEWI (Puteri tertua Dewawarman IV & isteri Dewawarman V),
7. 289-308 M, DEWAWARMAN VI (SANG MOKTENG SAMUDERA), Putera tertua Dewawarman V,
8. 308-340 M, DEWAWARMAN VII (PRABU BIMA DIGWIJAYA SATYAGANAPATI), Putera tertua Dewawarman VI,
9. 340-348 M, SPHATIKARNAWA WARMANDEWI (Puteri sulung Dewawarman VII),
10. 348-362 M, DEWAWARMAN VIII (PRABU DARMAWIRYA DEWAWARMAN), Cucu Dewawarman VI.
Tahun 362 M saat dipegang DEWAWARMAN IX, Salakanagara telah menjadi kerajaan bawahan Tarumanagara. Dewawarman VIII merupakan raja terakhir Salakanagara.
Periode Berdirinya Kerajaan-Kerajaan di Nusantara
Keterangan:
0 - 600 M (Hindu-Budha pra-Mataram)
Salakanagara, Tarumanegara, Sunda-Galuh, Kalingga, Kanjuruhan
600 M - 500 M (Hindu-Budha)
Mataram Hindu, Kahuripan, Jenggala, Kadiri, Singasari, Majapahit, Pajajaran, Blambangan
1500 M - sekarang
Demak, Pajang, banten, Cirebon, Sumedang Larang, Mataram Islam, Surakarta, Yogyakarta, Mangkunegara, Paku Alam
KERAJAAN MATARAM KUNA
Bhumi Mataram adalah sebutan lama untuk Yogyakarta dan sekitarnya. Di daerah inilah untuk pertama kalinya istana Kerajaan Medang diperkirakan berdiri (Rajya Medang i Bhumi Mataram). Nama ini ditemukan dalam beberapa prasasti, misalnya prasasti Minto dan prasasti Anjukladang. Istilah Mataram kemudian lazim dipakai untuk menyebut nama kerajaan secara keseluruhan, meskipun tidak selamanya kerajaan ini berpusat di sana. Sesungguhnya, pusat Kerajaan Medang pernah mengalami beberapa kali perpindahan, bahkan sampai ke daerah Jawa Timur sekarang. Menurut perkiraan, Mataram terletak di daerah Yogyakarta sekarang. Mamrati dan Poh Pitu diperkirakan terletak di daerah Kedu. Sementara itu, Tamwlang sekarang disebut dengan nama Tembelang, sedangkan Watugaluh sekarang disebut Megaluh. Keduanya terletak di daerah Jombang. Istana terakhir, yaitu Wwatan, sekarang disebut dengan nama Wotan, yang terletak di daerah Madiun.
Kerajaan Mataram Kuna diperintah oleh dua wangsa yaitu Wangsa Syailendra yang beragama Buddha dan Wangsa Sanjaya yang beragama Hindu Syiwa. Pada awal era Mataram Kuna, Wangsa Syailendra cukup dominan di Jawa Tengah. Menurut para ahli sejarah, Wangsa Sanjaya awalnya berada di bawah pengaruh kekuasaan Wangsa Syailendra. Mengenai persaingan kekuasaan tersebut tidak diketahui secara pasti, akan tetapi kedua-duanya sama-sama berkuasa di Jawa Tengah.
Raja-raja yang berkuasa dari keluarga Syailendra tertera dalam prasasti Ligor, prasasti Nalanda maupun prasasti Klurak, sedangkan raja-raja dari keluarga Sanjaya tertera dalam prasasti Canggal dan prasasti Mantyasih. Berdasarkan candi-candi, peninggalan kerajaan Mataram Kuna dari abad ke-8 dan ke-9 yang bercorak Buddha (Syailendra) umumnya terletak di Jawa Tengah bagian selatan, sedangkan yang bercorak Hindu (Sanjaya) umumnya terletak di Jawa Tengah bagian utara. Wangsa Syailendra pada saat berkuasa, juga mengadakan hubungan yang erat dengan kerajaan Sriwijaya di Sumatera. Pada masa pemerintahan raja Indra (782-812), puteranya, Samaratungga, dinikahkan dengan Dewi Tara, puteri raja Sriwijaya. Prasasti yang ditemukan tidak jauh dari Candi Kalasan memberikan penjelasan bahwa candi tersebut dibangun untuk menghormati Tara sebagai Bodhisattva wanita. Pada tahun 790, Syailendra menyerang dan mengalahkan Chenla (Kamboja), kemudian sempat berkuasa di sana selama beberapa tahun. Candi Borobudur selesai dibangun pada masa pemerintahan raja Samaratungga (812-833).
Sedangkan Kerajaan Medang adalah nama sebuah kerajaan yang berdiri di Jawa Tengah pada abad ke-8, kemudian pindah ke Jawa Timur pada abad ke-10, dan akhirnya runtuh pada awal abad ke-11. Pada umumnya, istilah Kerajaan Medang hanya lazim dipakai untuk menyebut periode Jawa Timur saja, padahal berdasarkan prasasti-prasasti yang telah ditemukan, nama Medang sudah dikenal sejak periode sebelumnya, yaitu periode Jawa Tengah. Sementara itu, nama yang lazim dipakai untuk menyebut Kerajaan Medang periode Jawa Tengah adalah Kerajaan Mataram, yaitu merujuk kepada salah daerah ibu kota kerajaan ini. Kadang untuk membedakannya dengan Kerajaan Mataram Islam yang berdiri pada abad ke-16, Kerajaan Medang periode Jawa Tengah biasa pula disebut dengan nama Kerajaan Mataram Kuno atau Kerajaan Mataram Hindu. Prasasti Mantyasih tahun 907 atas nama Dyah Balitung menyebutkan dengan jelas bahwa raja pertama Kerajaan Medang (Rahyang ta rumuhun ri Medang ri Poh Pitu) adalah Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya.
URUTAN RAJA-RAJA MATARAM KUNA
1. Dinasti Syailendra
* Bhanu (752-775)
* Wisnu (775-782)
* Indra (782-812)
* Samaratungga (812-833)
* Pramodhawardhani (833-856), menikah dengan Rakai Pikatan (Dinasti Sanjaya)
2. Dinasti Sanjaya
* Sanjaya (732-7xx)
* Rakai Panangkaran
* Rakai Panunggalan
* Rakai Warak
* Rakai Garung
* Rakai Patapan (8xx-838)
* Rakai Pikatan (838-855), mendepak Dinasti Syailendra
* Rakai Kayuwangi (855-885)
* Dyah Tagwas (885)
* Rakai Panumwangan Dyah Dewendra (885-887)
* Rakai Gurunwangi Dyah Badra (887)
* Rakai Watuhumalang (894-898)
* Rakai Watukura Dyah Balitung (898-910)
* Daksa (910-919)
* Tulodong (919-921)
* Dyah Wawa (924-928)
* Mpu Sindok (928-929), memindahkan pusat kerajaan ke Jawa Timur (Medang)
* Sanjaya Gusti
3. Medang
* Mpu Sindok (929-947)
* Sri Isyanatunggawijaya (947-9xx)
* Makutawangsawardhana (9xx-985)
* Dharmawangsa Teguh (985-1006)
4. Kahuripan
* Airlangga (1019-1045), mendirikan kerajaan di reruntuhan Medang
* (Airlangga kemudian memecah Kerajaan Kahuripan menjadi dua: Janggala dan Kadiri)
5. Janggala
* (tidak diketahui silsilah raja-raja Janggala hingga tahun 1116)
6. Kadiri
* (tidak diketahui silsilah raja-raja Kadiri hingga tahun 1116)
* Kameswara (1116-1135), mempersatukan kembali Kadiri dan Panjalu
* Jayabaya (1135-1159)
* Rakai Sirikan (1159-1169)
* Sri Aryeswara (1169-1171)
* Sri Candra (1171-1182)
* Kertajaya (1182-1222)
7. Singhasari
* Tunggul Ametung (1222)tewas dibunuh Ken Arok.
* Ken Arok (1222-1227)
* Anusapati (1227-1248)
* Tohjaya (1248)
* Ranggawuni (Wisnuwardhana) (1248-1254)
* Kertanagara ( 1254-1292)
8. Majapahit
* Raden Wijaya (Kertarajasa Jayawardhana) (1293-1309)
* Jayanagara (1309-1328)
* Tribhuwana Wijayatunggadewi (1328-1350)
* Hayam Wuruk (Rajasanagara) (1350-1389)
* Wikramawardhana (1390-1428)
* Suhita (1429-1447)
* Dyah Kertawijaya (1447-1451)
* Rajasawardhana (1451-1453)
* Girishawardhana (1456-1466)
* Singhawikramawardhana (Suraprabhawa) (1466-1474)
* Girindrawardhana Dyah Wijayakarana(1468-1478)
* Singawardhana Dyah Wijayakusuma (menurut Pararaton menjadi Raja Majapahit selama 4 bulan sebelum wafat secara mendadak ) ( ? - 1486 )
* Girindrawardhana Dyah Ranawijaya alias Bhre Kertabumi (diduga kuat sebagai Brawijaya, menurut Kitab Pararaton dan Suma Oriental karangan Tome Pires pada tahun 1513) (1474-1519)
9. Demak
* Raden Patah (1478 - 1518)
* Pati Unus (1518 - 1521)
* Sultan Trenggono (1521 - 1546)
* Sunan Prawoto (1546 - 1561)
10. Kesultanan Pajang
* Jaka Tingkir, bergelar Sultan Hadiwijoyo (1549 - 1582)
* Arya Pangiri, bergelar Sultan Ngawantipuro (1583 - 1586)
* Pangeran Benawa, bergelar Sultan Prabuwijoyo (1586 - 1587)
MATARAM BARU (Mataram Islam)
* Ki Ageng Pamanahan, menerima tanah perdikan Mataram dari Jaka Tingkir
* Panembahan Senopati (Raden Sutawijaya) (1587 - 1601), menjadikan Mataram sebagai kerajaan merdeka.
* Panembahan Hanyakrawati (Raden Mas Jolang) (1601 - 1613)
* Adipati Martapura (1613 selama satu hari)
* Sultan Agung (Raden Mas Rangsang / Prabu Hanyakrakusuma) (1613 - 1645)
* Amangkurat I (Sinuhun Tegal Arum) (1645 - 1677)
Kasunanan Kartasura
* Amangkurat II (1680 – 1702), pendiri Kartasura.
* Amangkurat III (1702 – 1705), dibuang VOC ke Srilangka.
* Pakubuwana I (1705 – 1719), pernah memerangi dua raja sebelumya; juga dikenal dengan nama Pangeran Puger.
* Amangkurat IV (1719 – 1726), leluhur raja-raja Surakarta dan Yogyakarta.
* Pakubuwana II (1726 – 1742), menyingkir ke Ponorogo karena Kartasura diserbu pemberontakl; mendirikan Surakarta.
Kasunanan Surakarta
* Pakubuwana I/Pangeran Puger (1704 - 1719), memerintah Kasunanan Kartasura
* Pakubuwana II (1745 - 1749), pendiri kota Surakarta; memindahkan keraton Kartasura ke Surakarta pada tahun 1745
* Pakubuwana III (1749 - 1788), mengakui kedaulatan Hamengkubuwana I sebagai penguasa setengah wilayah kerajaannya.
* Pakubuwana IV (1788 - 1820)
* Pakubuwana V (1820 - 1823)
* Pakubuwana VI (1823 - 1830), diangkat sebagai pahlawan nasional Indonesia; juga dikenal dengan nama Pangeran Bangun Tapa.
* Pakubuwana VII (1830 - 1858)
* Pakubuwana VIII (1859 - 1861)
* Pakubuwana IX (1861 - 1893)
* Pakubuwana X (1893 - 1939)
* Pakubuwana XI (1939 - 1944)
* Pakubuwana XII (1944 - 2004)
* Dua orang Pakubuwana XIII (2004 - sekarang), terjadi perebutan takhta antara Pangeran Hangabehi dan Pangeran Tejowulan.
Kasultanan Yogyakarta
* Hamengkubuwana I (1755 - 1792)
* Hamengkubuwana II (1793 - 1828)
* Hamengkubuwana III (1810 - 1814)
* Hamengkubuwana IV (1814 - 1822)
* Hamengkubuwana V (1822 - 1855)
* Hamengkubuwana VI (1855 - 1877)
* Hamengkubuwana VII (1877 - 1921)
* Hamengkubuwana VIII (1921 - 1939)
* Hamengkubuwana IX (1939 - 1988)
* Hamengkubuwana X (1988 - sekarang)
Kotagede: situs peninggalan Kerajaan Mataram Islam